Austin, TX – 26 Agustus 2025
Sebuah survei terhadap pengambil keputusan di bidang supply chain menunjukkan bahwa organisasi semakin gencar menerapkan alur kerja berbasis AI, merekrut talenta khusus AI, serta memprioritaskan investasi berbasis data untuk menghadapi disrupsi.
Menurut studi riset 2025 Agility Index yang dirilis Epicor bersama Nucleus Research, AI bukan lagi sekadar eksperimen, melainkan telah membentuk ulang cara perusahaan rantai pasok menetapkan prioritas dalam investasi operasional, SDM, dan data.
“AI kini menjadi alat penting yang membantu bisnis supply chain dalam mengantisipasi dan merespons perubahan yang tak terhindarkan,” ujar Kerrie Jordan, Chief Marketing Officer sekaligus Senior Vice President of Product di Epicor. “Kami melihat organisasi membuka kunci kelincahan untuk memimpin di tengah disrupsi, tidak hanya dengan mengadopsi AI, tetapi juga dengan membangun fondasi digital dan tenaga kerja yang mendukungnya.”
Hasil studi menunjukkan lebih dari 56% bisnis supply chain yang disurvei melaporkan tingkat kesiapan AI yang tinggi, dengan banyak di antaranya telah melakukan scaling AI di operasi mereka serta memodernisasi sistem data untuk meningkatkan kelincahan dan keandalan. Dari kelompok ini, lebih dari 90% aktif membentuk atau berinvestasi pada peran khusus AI, menandakan bahwa organisasi yang sudah menggunakan AI cenderung juga membangun jalur talenta khusus AI.
AI terbukti mendorong pengambilan keputusan yang lebih cerdas tanpa menggantikan peran manusia. Posisi yang paling banyak dicari perusahaan meliputi: AI Logistics & Route Optimization Specialists (38,0%), Supply Chain AI Data Scientists (37,2%), dan AI Automation Engineers (35,4%). Perusahaan yang menjalankan simulasi skenario geopolitik (what-if scenarios) bahkan melaporkan tingkat perekrutan AI yang lebih tinggi. Peran ini tidak terbatas pada tim riset atau pilot projects, melainkan langsung tertanam dalam fungsi perencanaan, pemenuhan, dan logistik.
“Yang berubah adalah cara perusahaan memandang AI—bukan sebagai pengganti manusia, melainkan sebagai cara untuk memberdayakan mereka,” tambah Jordan. “Mereka merekrut talenta yang membawa konteks dan adaptabilitas ke dalam data—di situlah kelincahan yang sebenarnya berada.”
Lebih banyak perusahaan kini berinvestasi pada platform yang mampu menghubungkan dan menganalisis data operasional. Sistem seperti ini, yang diadopsi oleh lebih dari 50,6% responden, menjadi alat intelijen data yang paling luas digunakan di organisasi yang sudah matang secara digital. Perusahaan pengguna platform ini tercatat 1,4 kali lebih mungkin mengadopsi aplikasi AI. Hasil ini menunjukkan bahwa banyak organisasi kini mengevaluasi kembali perencanaan, respon, dan operasional sehari-hari mereka. Kelincahan yang dahulu bersifat sementara kini telah berkembang menjadi kapabilitas strategis.
Secara global, perusahaan memperkuat scenario planning dan ketahanan supply chain untuk menghadapi ketidakpastian yang meningkat. Di Asia Tenggara, misalnya, 61% responden menyebut pembatasan perdagangan sebagai risiko terbesar, dan 73% mengatakan mereka sedang aktif menata ulang strategi sourcing. Tren serupa terlihat di seluruh dunia, dengan perusahaan memanfaatkan alat peramalan dan talenta untuk mengantisipasi serta mempersiapkan disrupsi.
Ekspektasi terkait ROI juga semakin matang, mencerminkan pelajaran dari penerapan teknologi sebelumnya. Mayoritas responden kini berharap dapat melihat pengembalian investasi dalam kurun 6 hingga 18 bulan. Namun, ke depan, organisasi tidak bisa memperlakukan AI sebagai proyek teknologi yang berdiri sendiri. Keberhasilan akan bergantung pada kesiapan organisasi, keterlibatan pimpinan, serta kemampuan untuk mengeksekusi wawasan prediktif.
“Investasi pada AI dan platform berbasis data mengubah seberapa cepat perusahaan dapat merespons disrupsi dan mengoptimalkan keputusan,” lanjut Jordan. “Seiring AI yang semakin matang dan time-to-value yang mendekati nol, perusahaan ini akan melampaui kompetitornya. Mereka akan mampu mengambil keputusan dalam hitungan menit, bukan bulan—dengan sistem yang beradaptasi secepat perubahan pasar.”